INFEKSI CACING PADA ANAK
Kasus ini paling sering terjadi di daerah yang padat dan
kebersihan buruk. Dari semua jenis, STHs (Soil-Transmitted Helminths/
penyebaran melalui tanah) merupakan jenis yang paling penting dari semua agen
infeksi. Infeksi cacing termasuk Kasus Kesehatan global yang serius. Pada
tingkat dunia, STHs yang paling menginfeksi adalah cacing giling (Ascaris
Lumbricoides), whipworms (Trichuris trichiura) dan cacing tambang (Necator
Americanus atau Ancylostoma duodenale). Infeksi STHs paling banyak terjadi di
Afrika Sub-Saharan, Asia Timur, China, India, dan Amerika selatan.
ROUNDWORMS/ CACING GILING (Ascaris)
Epidemiologi. Infeksi ascaris adalah salah satu
infeksi yang paling sering menyerang bagian intestinal (intestinal worm infections)
-> paling sering di usus. Biasanya ditemukan di pasien dengan keterkaitan
lingkungan seperti higienitas yang buruk, sanitasi buruk, dan di daerah yang
memakai pupuk dari kotoran manusia.
Siklus Sel. Cacing dewasa hidup di lumen usus halus lalu
melewati feses, telur dari feses memiliki 2 bentuk ; fertile dan infertile.
Telur infertile tidak akan menginfeksi walaupun sudah dikonsumsi (2). Telur
fertile yang mulai menjadi embrio akan bereaksi sekitar 18 hari sampai beberapa
minggu (3). Bila telur yang infektif tertelan (4) larva menetas (5). Menginvasi
mukosa usus -> lewat portal -> sirkulasi sistemik (vena portal) ->
paru-paru (6). Larva dewasa akan jalan menuju paru-paru dan penetrasi dinding
alveolus -> lalu naik dari cabang bronkus menuju kerongkongan sehingga tertelan
(7) lalu menuju usus halus dan berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa
dapat hidup dalam usus halus selama 1-2 tahun.
Manifestasi Klinis. Biasanya tidak ada gejala. Gejala
dapat ringan tapi biasanya menunjukkan ketidaknyamanan bagian abdominal.
Infeksi berat dimana terdapat tanda penyumbatan usus, sakit perut yang parah,
gelisah dengan kehilangan nafsu makan, sesekali muntah, buang air besar
intermiten, sembelit, keluarnya cacing dari rektum atau mulut, kolik, distensi
perut.
-
Batuk : karena migrasi cacing di paru-paru :
Loeffler's pneumonia-like syndrome
-
Mengganggu pertumbuhan pada anak
Diagnosis. Terdapat jalur cacing di kotoran. Cacing
bisa keluar melalui hidung atau mulut. Bisa batuk lalu keluar cacing.
Lab Diagnosis :
-
Identifikasi mikroskopik : adanya telur di
kotoran
-
Prosedur Kato-Katz = manila jumlah telur
-
Identifikasi larva di sputum atau aspirasi
lambung Ketika fase migrasi paru
-
Cacing dewasa -> kadang-kadang dikeluarkan
melalui tinja atau melalui mulut atau hidung
Migrasi larva ke paru-paru :
- Peripheral
eosinofilia
- Infiltrates
in the lung parenchym
- Sputum:
Charcot-Leyden crystal
Ascaris lumbricoides dewasa adalah cacing gelang besar.
Betina berukuran panjang 20-35 cm dengan ekor lurus; jantan berukuran lebih
kecil pada 15-31 cm dan cenderung memiliki ekor yang melengkung. Orang dewasa
dari kedua jenis kelamin memiliki tiga 'bibir' di ujung anterior tubuh
Obat anthelmintik:
Albendazol 400 mg, dosis tunggal; ATAU Mebendazol 100 mg dua
kali sehari, selama 3 hari, atau 500 mg dosis tunggal; ATAU Pyrantel pamoate 10
mg/kg BB, dosis maks. 1g, dosis tunggal
WHIPWORM (Trichuaris Trichuria)
= Cacing cambuk
Epidemiologi. Cacing cambuk merupakan cacing bulat
tersering ketiga di dalam manusia. Biasanaya di daerah dimana feses manusia
digunakan sebagai pupuk atau defekasi di
tanah. Cacing akan menyebar melalui feces-oral transmission atau makanan yang
terkontaminasi feses.
Siklus Hidup.
Telur yang tidak berembrio dikeluarkan bersama tinja (1)
Di dalam tanah, telur berkembang menjadi telur berembrio
(2-4). Telur menjadi infektif dalam 15-30 hari.
Setelah menelan telur menetas di usus kecil melepaskan larva
(5)
Larva matang saat dewasa di usus besar (6)
Cacing dewasa hidup di sekum dan kolon asendens. Betina mulai
bertelur 60-7- hari setelah infeksi.
Manifestasi Klinis.
Infeksi ringan biasanya tidak menunjukkan gejala.Gejala
berat buang air besar yang sering dan menyakitkan serta feses mengandung
campuran lendir, air, dan darah. Prolaps rektum juga dapat terjadi. Infeksi
berat pada anak-anak menyebabkan anemia berat (karena BAB berdarah), retardasi
pertumbuhan, dan gangguan perkembangan kognitif.
Diagnosis. Identifikasi mikroskopik dari telur cacing
cambuk di feses -> harus ada prosedur konsenterasi yaitu Kato Katz. Telur
mungkin sulit untuk dicari saat terang, maka prosedurnya adalah kato katz.
Eksaminasi mukosa rektal oleh proctoscopy -> pemeriksaan rektal (atau langsung
dalam kasus prolaps) kadang-kadang dapat menunjukkan cacing dewasa.
Tata Laksana. Pengobatan antiheminthic :
Albendazol 400 mg, dosis tunggal; ATAU
Mebendazol 100 mg dua kali sehari, selama 3 hari, atau 500
mg dosis tunggal; ATAU
Pyrantel pamoat 10 mg/kg BB, dosis maks. 1g, dosis tunggal
CACING TAMBANG/ HOOKWORM (Ancylostoma duodenale,
Ancylostoma caninum, Ancylostoma ceylanicum, and Necator americanus).
Etiologi:
Cacing tambang manusia spesies nematoda (Ancylostoma
duodenale, Necator americanus)
Cacing tambang yang menginfeksi hewan dapat menyerang
parasit pada manusia A. ceylanicum kadang-kadang larva dapat bermigrasi ke usus
manusia menyebabkan enteritis eosinofilik
Menembus kulit manusia (menyebabkan cutaneous larva
migrans), tetapi tidak berkembang lebih jauh (A. braziliense, A. caninum,
Uncinaria stenocephala). -> Biasanya tak menyerang manusia
Larva A. caninum dapat menyebabkan neuroretinitis subakut
unilateral difus.
Epidemiologi. Infeksi cacing helminthic pada manusia
terbesar kedua setelas Ascaris. Biasanya ditemukan di daerah dengan cuaca
lembab dan hangat.
N. americanus dan A. duodenale ada di Afrika, Asia dan
Amerika.
Necator americanus ada di Amerika dan Australia
Timur Tengah, Afrika Utara dan Eropa Selatan hanya ada A.
duodenale
Siklus Hidup:
Telur keluar lewat tinja -> Larva menetas dalam bentuk
mabditiform -> tumbuh di feces dan atau di tanah -> beranjak ke fase-3
(filiform) -> infektif.
Untuk cacing yang tidak menginfeksi = Saat kontak dengan
inang manusia larva menembus kulit dibawa melalui pembuluh darah – jantung -
paru-paru menembus ke dalam alveoli paru naik ke percabangan bronkial ke faring
lalu tertelan
Larva mencapai usus halus tinggal dan matang menjadi dewasa.
Cacing dewasa hidup di lumen usus halus menempel pada
dinding usus mengakibatkan kehilangan darah oleh inangnya
Bila menembus kulit bisa cutaneus larvae migrain. Dan hasil
dari semua penempelan cacing ini adalah sedikit darah yang diambil
Cutaneus Larvae Migrans (creeping eruption).
Infeksi zoonosis dengan spesies cacing tambang yang tidak
menggunakan manusia sebagai hospes definitif
Agen yang paling umum: A. braziliense, A. caninum
Host definitif normal: anjing, kucing
Manifestasi Klinis
-
Anemia defisiensi besi – yang paling umum
-
Komplikasi jantung karena kekurangan zat besi
-
Kelainan GI dan metabolic
-
Infeksi kronis -> Penghambatan tumbuh kembang,
Permasalahan kognitif dan intelektual.
-
Simptom Pernapasan -> Dapat diobservasi
melalui migrasi paru
-
Adanya gatal-gal di area cutaneus larva migrans
di dermis atas -> bisa berpindah-pindah
-
Eosinophilic enteritis
-
Difusi unilateral retinitis subakut -> larva A.caninium
Diagnosis
Dari manifestasi klinis
Mikroskopis : telur dalam feses
Test Kato-Katz sebagai bahan kuantitatif
Tata Laksana :
- Antihelminthic
medication:
- Albendazole
400 mg, single dose; OR
- Mebendazole
100 mg twice a day, for 3 days, or 500 mg single dose; OR
- Pyrantel
pamoat 10 mg/kg BW, dosis max. 1g, single dose
- Cutaneus
larva migrans:
- Freezing:
ethylene chloride spray, solid carbon dioxide, or liquid nitrogen
- Thiabendazole:
10%–15% thiabendazole solution/ointment
- Oral
treatment: Thiabendazole, Albendazole
Setelah Pengobatan
-
Suplementasi Fe
-
Pendarahan akut GI tract -> Transfusi darah
-
Edukasi Kesehatan
PINWORM/ CACING KREMI (Enterobius vermicularis)
Epidemiologi. Agen infektif : Enterobius vermicularis
diamana dewasa Wanita 8-13 mm dan dewasa laki-laki : 2-5 mm. Host : Manusia aja
TERSEBAR GLOBAL. Infeksi terjadi biasanya di sekolah atau
pre-school dan di kondisi ramai. Sering di daerah lembab tapi bukan tropis.
Siklus Hidup:
Telur disimpan pada lipatan perianal (1) -> lalu host garuk garuk pantat atau tidak cuci
tangan -> masuk mulut -> terisap tak sengaja.
Infeksi diri terjadi dengan mentransfer telur infektif ke
mulut dengan tangan yang telah menggaruk daerah perianal (2). Penularan dari
orang ke orang melalui barang-barang rumah tangga yang terkontaminasi
Telur infektif larva menetas di usus halus (3)
Orang dewasa terbentuk di usus besar (4)
Interval waktu dari menelan telur infektif hingga bertelur 1
bulan.
Betina hamil secara nokturnal di luar anus bertelur sambil
merangkak di kulit daerah perianal (5)
Manifestasi Klinis :
-
Enterobias adalah asymptomatic yang sering
-
Pruritus perianal -> gejala yang paling khas,
terutama pada malam hari -> dapat menyebabkan ekskoriasi dan superinfeksi
bakteri.
-
Invasi traktus genitalia wanita vulvovaginitis,
granuloma pelvis atau peritoneal
-
Gejala lain: anoreksia, lekas marah, sakit perut
Lab Diagnosis :
-
Identifikasi mikroskopis telur yang dikumpulkan
di daerah perianal metode pilihan
-
Harus dilakukan pada pagi hari, sebelum buang
air besar dan mencuci dengan menekan pita perekat transparan ("Scotch
test", uji slide pita selulosa) pada kulit perianal memeriksa pita yang
ditempatkan pada slide.
-
Sebagai alternatif, usap dubur atau "tabung
swube" (dayung yang dilapisi dengan bahan perekat) juga dapat digunakan.
-
Telur juga dapat ditemukan (lebih jarang) di
tinja, dan kadang-kadang ditemukan dalam urin atau apusan vagina.
-
Cacing dewasa juga bersifat diagnostik bila
ditemukan di daerah perianal, atau selama pemeriksaan ano-rektal atau vagina.
Pengobatan :
-
Albendazole 400 mg PO once; repeat in 2 week, OR
-
Mebendazole 100 mg PO once; repeat in 2 week, OR
-
Pyrantel pamoate 11 mg/kg (maximum 1 g) PO once;
repeat in 2 week
TAPEWORM/ CACING
PIPIH (taeniasis saginata, taeniasis sollum, taeniasis
asiatica)
Ageb penyebab :
taeniasis saginata = beef
taeniasis sollum = pork
taeniasis asiatica = asian
Epidemiologi :
-
Taenia saginata dan T. solium tersebar di
seluruh dunia.
-
Taenia solium (paling banyak di fase
intermediate) lebih umum di masyarakat miskin Taenia asiatica terbatas di Asia
dan terlihat sebagian besar di Republik Korea, Cina, Taiwan, Indonesia, dan
Thailand.
-
Karena babi adalah inang perantara parasit
penyelesaian siklus hidup terjadi di daerah di mana manusia hidup dalam kontak
dekat dengan babi dan memakan daging babi yang kurang matang.
Siklus Hidup :
-
Manusia adalah satu-satunya hospes definitif
untuk Taenia sp.
-
Telur atau proglotid gravid dikeluarkan bersama
feses (1)
-
Sapi dan babi terinfeksi dengan menelan tumbuhan
yang terkontaminasi telur atau proglotid gravid (2)
-
Di usus hewan onkosfer menetas (3) menyerang
dinding usus bermigrasi ke otot lurik berkembang menjadi sistiserkus.
-
Cysticercus dapat bertahan hidup selama beberapa
tahun pada hewan
-
Manusia terinfeksi oleh daging terinfeksi mentah
atau setengah matang yang tertelan (4)
-
Di usus manusia sistiserkus berkembang menjadi
dewasa, bertahan selama bertahun-tahun
-
Cacing dewasa menempel pada usus halus dengan
skoleks (5) berada di usus halus (6)
Siklus Hidup (T. Solium) :
-
Sistiserkosis adalah infeksi pada manusia dan
babi dengan stadium larva T. solium
-
Disebabkan oleh menelan telur yang ditumpahkan
dalam tinja pembawa (1).
-
Babi dan manusia terinfeksi dengan menelan telur
atau proglottid gravid (2)(7)
-
Setelah telur tertelan onkosfer menetas di usus
(3)(8) menyerang dinding usus bermigrasi ke otot lurik, otak, hati, jaringan
lain berkembang menjadi sistiserkus
-
Dapat menyebabkan gejala sisa yang serius jika
terlokalisasi di otak neurocysticercosis
-
Siklus hidup parasit selesai, mengakibatkan
infeksi cacing pita manusia ketika manusia menelan daging babi setengah matang
yang mengandung cysticerci (4) kista menempel pada usus kecil dengan scolexnya
(5) cacing dewasa tinggal di usus kecil selama bertahun-tahun (6).
Manifestasi Klinis :
-
Taenia saginata taeniasis gejala perut ringan.
-
proglottid yang bermigrasi radang usus buntu
atau kolangitis
-
Gejala taeniasis solium lebih jarang daripada
taeniasis Taenia saginata.
-
Fitur yang paling penting dari Taenia solium
taeniasis risiko perkembangan sistiserkosis.
Manifestasi Klinis -Cysticerosis (tergantung tempat)
-
Gejala sistiserkosis disebabkan oleh
perkembangan sistiserkus di berbagai tempat.
-
Sistiserkosis serebral (atau
neurosistiserkosis):
o
kejang
o
gangguan jiwa
o
defisit neurologis fokal
o
tanda-tanda lesi intraserebral yang menempati
ruang.
o
Kematian bisa terjadi secara tiba-tiba.
-
Sistiserkosis ekstraserebral:
o
mata, jantung, atau lesi tulang belakang dengan
gejala terkait.
o
Nodul subkutan tanpa gejala dan nodul
intramuskular terkalsifikasi
Diagnosis – taeniasis
Mikroskopis : telur dan proglottids di feses.
Taenia sp. : telur morfologi identical
Diagnosis cysticercosis
-
Diagnosa pasti :
o
Mendemonstrasikan sistiserkus pada jaringan yang
terlibat -> bila larva sudah di jaringan
-
Adanya telur Taenia solium dan proglottid pada
feses mendiagnosa taeniasis dan bukan sistiserkosis.
-
Orang yang ditemukan memiliki telur atau
proglottid dalam tinjanya harus dievaluasi secara serologis (karena
autoinfeksi, yang mengakibatkan sistiserkosis, dapat terjadi)
-
Deteksi Antibodi: uji imunoblot
-
Deteksi antigen:
o
Antigen Cysticercal dalam serum dan CSF
o
Kadar antigen turun dengan cepat pada pasien NCC
yang telah sembuh pemantauan antigen serum berguna untuk menilai pengobatan dan
menentukan kasus klinis.
o
Tes deteksi antigen tidak sesensitif deteksi
antibodi dan tidak boleh digunakan untuk mendiagnosis neurocysticercosis.
-
Deteksi Molekuler: tes PCR
Pengobatan :
-
Taeniasis (T. saginata) – Praziquantel 5-10
mg/kg sekali minum oral
-
Cysticerosis (T. solium) :
o
Albendazol 400 mg PO dua kali sehari selama 2-4
minggu; dapat diulang sesuai kebutuhan
o
Praziquantel 33 mg/kg PO 3 kali sehari selama 1
hari diikuti dengan 15 mg/kg PO 3 kali sehari selama 2-4 minggu
STRONGYLOIDE S STERCORALIS
Epidemilogi. Tersebar global terutama di Amerika
Selatan dan Tengah, Cina, Asia Tenggara. Jarak infeksi -> subklinis terhadap
hiperinfeksi yang membahayakan hidup dan penyakit disseminated.
Faktor Resiko
-
Faktor risiko infeksi:
o
Sebagian ditularkan melalui rute perkutan
o
Sanitasi atau kebersihan yang buruk
-
Faktor risiko hiperinfeksi:
o
Keadaan immunocompromised
o
Kondisi yang sudah ada sebelumnya (misalnya
keganasan yang mendasari)
o
Terapi kortikosteroid atau terapi penekan imun
o
Malnutrisi, alkoholisme, atau infeksi HTLV-1
Biologis :
-
2 bentuk: parasit (internal) dan hidup bebas
(eksternal)
-
Siklus seksual internal
o
Cacing jantan menghilang dengan cepat dari usus
setelah bertelur di usus
o
Telur segera menetas di usus larva rhabditiform
jantan dan betina keluar bersama feses untuk melanjutkan siklus seksual
eksternal
-
Siklus seksual eksternal :
o
Larva rhabditiform yang hidup bebas berkembang
menjadi dewasa hidup bersanggama di dalam tanah dan menghasilkan telur
o
Larva rhabditiform parasit dan hidup bebas
berkembang menjadi larva filariform yang tidak dapat dibedakan dapat tetap
hidup di tanah selama berminggu-minggu
Siklus Hidup :
Pathology. Larva filariform menyebabkan perdarahan
petekie pada tempat invasi kulit (biasanya kulit perianal/pantat atau
pergelangan tangan) disertai pruritus dan edema yang hebat. Setelah migrasi
melalui paru-paru, cacing muda dapat menyebabkan gejala yang menyerupai
bronkopneumonia dengan beberapa konsolidasi lobular. Cacing betina menyimpan
telur di bawah vili mukosa usus.
Larva tahap pertama berkembang di usus masuk ke dalam
dinding duodenum dan jejunum -> berkembang menjadi stadium dewasa -> menghasilkan ovum saat berkista di
usus menyebar ke sistem limfatik memasuki sirkulasi dan mencapai hati, ginjal,
kantong empedu, otak, paru-paru dan jarang miokard
Larva dapat membawa mikroorganisme (misalnya E coli) yang
dapat menyebabkan septikemia yang berlebihan
Manifestasi Klinis:
-
Kulit (penyakit tanpa komplikasi)
o
Urtikaria berulang di tempat penetrasi larva
filariform
o
Larva current
§
Lesi pruritus, menonjol, tampak bermigrasi
patognomonik untuk strongyloidiasis
-
Perut (kronis, penyakit tanpa komplikasi)
o
Nyeri epigastrium (tengah atau LUQ)
o
Pendarahan, mual, muntah, diare (dapat
bergantian dengan sembelit)
o
Obstruksi usus kecil dengan infeksi berat
o
Penurunan berat badan
-
Strongyloidiasis dengan komplikasi berat yang
disebabkan oleh:
o
invasi jaringan masif dalam pengaturan penyakit
yang melemahkan, malnutrisi, penyakit serius, imunokompromis (misalnya steroid
atau koinfeksi HTLV-1)
-
Hiperinfeksi dengan beban larva besar enteritis,
kolitis, malabsorpsi
-
Penyakit menular – Demam
-
Paru: mirip dengan eosinofilia paru tropis,
hipereosinofilia
-
Pneumonitis Efusi pleura, abses, hemoptisis,
sesak napas
-
Penyakit menular
o
usus
§
Sakit perut yang parah, diare, enteropati kehilangan
protein
§
Edema umum, distensi abdomen, Ileus, jejunitis
nekrotikans
o
Neurologis
§
Sakit kepala, kejang, pingsan, meningitis
(E.coli pada 30% pasien immunocompromised)
o
Septikemia dengan organisme enterik
§
Terkejut
§
Petechiae multipel, purpura periumbilikalis
-
Peningkatan kadar IgE
o
Pada tahap selanjutnya, eosinofilia sedang
kronis – dapat bertahan selama bertahun-tahun
-
Leukositosis, Eosinofilia
-
Larva rhabditiform dalam tinja, aspirasi
duodenum
-
Metode pemeriksaan tinja atau kultur pada arang
pada 26°C
o
Teknik Baermann: lebih sensitif daripada
mikroskop langsung
o
Sampel tinja serial, karena hasil diagnostik
untuk sampel tunggal relatif rendah (30%)
o
Metode Kato-Katz TIDAK mendeteksi S. stercoralis
-
ELISA Serum IgG
Pengobatan
-
Obat pilihan: ivermectin dosis tunggal diulang
setelah 1 minggu, atau setiap hari selama 3 hari
-
Kurang berkhasiat: albendazole, mebendazole,
thiabendazole
HEPATITIS
= kerusakan hati yang disebabkan oleh proses inflamasi tanpa
memandang etiologinya.
Etiologi :
-
Virus :
o
Hepatotropic : virus yang memiliki target
infeksi dan tempat replikasi primer pada hati
§
Virus hepatotropik yaitu virus hepatitis A, B,
C, D, E dan G
§
Semua virus hepatotropik dapat menyebabkan
hepatitis akut
§
Virus hepatitis B, C, dan D dapat berlanjut
menjadi hepatitis kronis
§
Virus hepatitis B adalah virus DNA sedangkan
virus hepatotropik yang lain virus RNA
o
non-hepatotropic :
-
Toxin
-
Autoimmune
-
Obat
HEPATITIS A
Virus RNA rantai tunggal, picornavirus dari genus
Hepatovirus
Hospes utama: manusia
Stabil terhadap panas, dingin, dan lingkungan asam → tahan
desinfektan
Epidemiologi : di Indonesia prevalensinya adalah
intermediat sedang
Jumlah insiden hepatitis A tiap bulan adalah 1 per 8000
turis dari 2000-20102
Kelompok beresiko terkena hepatitis A :
-
Pasien dengan penyakit hati kronis
-
Anak-anak di day care atau TK
-
Kelompok resiko okupasi
-
Kontak rumah tangga dengan individu terinfeksi
-
Pasangan seksual dengan hepatitis A
-
Turis ke daerah endemitas tinggi
-
Sanitasi buruk
-
Food-handlers
Pathogenesis
-
Masuk melalui saluran gastrointestinal
-
Masuk ke hati melalui sirkulasi portal
Patogenesis masih belum dipahami seluruhnya:
–
Kemungkinan karena proses imunologis selain efek sitopatik langsung
– Pendapat lain: HAV bereplikasi sangat lambat dalam sel
kultur tanpa mengganggu sintesis makromolekul sel hospes 🡪 efek sitopatik minimal 🡪
kerusakan lebih disebabkan oleh proses imunologis
Bagaimana bisa menular ? Dari orang yang terinfeksi, virus
keluar melalui tinja -> makan/minum dari yang terkontaminasi -> Tertelan
-> virus serang hati
Penularan.
-
Masuk melalui saluran gastrointestinal
-
Masuk ke hati melalui sirkulasi portal
-
Patogenesis masih belum dipahami seluruhnya:
-
–
Kemungkinan karena proses imunologis selain efek sitopatik langsung
-
– Pendapat lain: HAV bereplikasi sangat lambat
dalam sel kultur tanpa mengganggu sintesis makromolekul sel hospes 🡪 efek sitopatik minimal 🡪
kerusakan lebih disebabkan oleh proses imunologis
-
Ada kalanya melalui :
o
Intra Vena
o
Kontak seksual
o
Transfusi darah
Infeksi Hepatitis A :
-
Di negara berkembang 🡪
infeksi umumnya mengenai usia muda
-
Pada bayi & anak-anak umumnya tanpa gejala (asimtomatis)
-
Umumnya tidak mengancam jiwa & self limited
(sembuh sendiri)
-
Masa inkubasi antara 15 – 50 hari (rata-rata 30
hari)
Gejala Hepatitis A :
Ada beberapa fase :
-
Fase
prodromal ( pra-ikterik)
o
4 hari-2 minggu
o
Lesu, lelah, anoreksia, muntah, nyeri perut
kanan atas, demam, sakit kepala, flu like syndrome
-
Fase
ikterik (kuning)
o
Ikterus, kencing berwarna kuning tua, tinja
pucat
o
Nausea/mual, muntah dan diare lebih banyak pada
anak dibanding dewasa
-
Fase Penyembuhan
o
Warna kencing dan tinja yang menjadi normal
o
Lemah dan lesu menetap beberapa bulan
o
Perbaikan pemeriksaan biokimiawi hati
Progesivitas Penyakit.
1.
Sangat bervariasi, mulai dari infeksi asimtomatik
hingga hepatitis fulminan (berat)
2.
Umumnya bersifat self-limited
3.
Sangat bergantung pada umur pasien pada saat
infeksi.
Pasien dengan manifestasi klinis dapat mengalami anikterik
atau ikterik hepatitis A dan memiliki gejala mulai dari yang ringan dan
transient hingga berat dan berkepanjangan, dimana mereka dapat pulih sepenuhnya
atau dapat menjadi hepatitis fulminan dan meninggal.
Infeksi -> Inkubasi (28 hari ) -> Klinis (fase
prodromal/preicteric diikuti ikterik) dan Asimtomatik -> resolusi
Diagnosis :
-
Gejala klinis
-
Tes biokimiawi hati (enzim aminotransferase)
-
Pemeriksaan serologis spesifik: IgM anti HAV dan
anti HAV total
o
IgM anti HAV biasanya positif pada saat onset
gejala dan disertai dengan mulai meningkatnya ALT
o
IgM anti HAV tetap positif selama 3-6 bulan
setelah infeksi primer
-
Konfirmasi Laboratorium :
o
Menginterpretasi hasil pemeriksaan darah
§
Pemeriksaan IgM anti-HAV: Jika positif berarti
sedang terjangkit
o
Pemeriksaan total (IgM + IgG) anti-HAV: Jika
positif berarti sedang atau pernah terinfeksi
o
Total anti-HAV: jika positif namun IgM, anti-HAV
negatif berarti pernah terinfeksi
Tata Laksana :
- Terapi
suportif : ditujukan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan
nutrisi dan cairan, serta pengawasan akan tanda-tanda terjadinya hepatitis
fulminan
- Terapi
farmakologis : tidak diperlukan
- Tidak
ada rekomendasi diet khusus pada infeksi HAV
- Hepatitis
fulminan 🡪 cangkok hati
Komplikasi :
-
Hepatitis fulminan (0,1%)
o
Timbul gejala ensefalopati hepatik dan
memanjangnya waktu pembekuan darah dalam 8 minggu
o
Mortalitas > 75%
o
Transplantasi hati
-
Hepatitis kolestatik
o
Jarang pada anak
o
Terjadi ikterus yang berkepanjangan (bilirubin
> 10 mg/dl)
o
Pruritus hebat, demam, diare, penurunan BB
o
Berlangsung 12 – 18 minggu
o
Dapat sembuh sempurna
-
Hepatitis Relaps
o
Kejadiannya 3,8 – 20%
o
gejala hepatitis timbul kembali
o
Peningkatan enzim aminotranferase
o
IgM anti HAV timbul kembali
o
Virus Hepatitis A terdeteksi (PCR)
o
Sembuh sendiri
Pencegahan :
-
Hepatitis Relaps
-
kejadiannya 3,8 – 20%
-
gejala
hepatitis timbul kembali
-
peningkatan enzim aminotranferase
-
IgM anti
HAV timbul kembali
-
Virus
Hepatitis A terdeteksi (PCR)
-
Sembuh
sendiri
-
Terapi spesifik -> perbaiki hygiene sanitasi
dan vaksinasi
Rekomendasi vaksinasi : semua anak harus terima vaksin
hepatitis A di usia 12-23 bulan.
Rekomendasi IDAI, tahun 2017 -> jadwal Imunisasi Anak
umur 0-18 tahun : semua anak terima vaksin hepatitis A di usia 24 bulan – 18
tahun (sebanyak 2 kali interval 6-12 bulan).
Dosis vaksin Hepatitis B
I = Sejak usia 1-18 tahun
II = kapan saja antara 6 bulan – 5 tahun lebih disukai 6 -
12 bulan setelah dosis I ( untuk perlindungan jangka Panjang).
HEPATITIS B
- Virus
DNA famili hepadnavirus dari genus Hepatovirus.
- Tahan
terhadap proses disinfeksi & sterilisasi yang tidak memadai,
pengeringan/penyimpanan selama 1 minggu
- Partikel
virus : Virus utuh (partikel Dane) & HBsAg
- Antigen
(protein virus): HbsAg, HbcoreAg, HbeAg
Epidemiologi. Prevelansi di Indonesia tinggi.
-
Patogenesis HBV disebabkan oleh respons imun
tubuh bukan efek sitopatik langsung.
-
Neonatus rentan terhadap terjadinya infeksi HBV kronis
karena :
o
Imaturitas system imun
o
Mekanisme immune tolerance yang menyebabkan sel
T tidak berespons terhadap HBeAg dan HBcAg
Penularan Horizontal :
-
HBV tak punya reservoir di lingkungan ->
manusia target infeksi utama
-
Cara penularan :
o
Perenteral
o
Perkutan
o
Trans mukosa
Selain darah, saliva, urin, sekret nasofaringeal, semen, dan
sekresi vagina juga kandung HBV
Penularan Vertikal
= cara penularan utama pada negara endimitimagi
-
Resiko penularan :
o
Ibu dengan HBeAg (+) : 70-90 %
o
Ibu HBsAg (+) tetapi HBeAg (-) : 10-67 %
-
90% bayi yang terinfeksi akan menderita
hepatitis B kronis/ jadi kanker kronis
Gejala Klinis (Infeksi HBV akut):
-
Tidak Nampak pada bayi yang dapat penularan
vertical dari ibu karena ada fase immune tolerance.
-
Inkubasi : 28 – 180 hari (rata-rata 80 hari)
-
Gejala Prodromal : demam, anoreksia, fatigue,
malaise, dan nausea
-
Gejala ekstrahepatik (muncul Bersama gejala
prodromal)
Gejala Klinis (Infeksi HBV kronis) :
-
Hepatitis B kronis terjadi pada bayi yang
mendapat penularan vertical dari ibu
-
Ditandai oleh menetapnya HBsAg pada serum dan
hati Bersama dengan penanda replikasi
virus aktif seperti HBeAg atau DNA HBV di serum serta HBcAg di hati.
-
2 bentuk hepatitis B kronis :
o
Penyakit hati kronis -> kadar
aminotransferase dan gambaran histologi hati abnormal
o
Healthy carrier state -> menetapnya
infeksi virus tanpa bukti klinis kerusakan hati (transferase normal)
Perjalanan Klinis
-
Fase imun tolerant
-
Fase imun clearance
-
Fase viral clearance
o
Inactive carrier state
o
Reactivation
Perjalanan Alamiah Infeksi VHB
Fase Terjadinya HEPATITIS B KRONIS
Pemeriksaan Laboratorium
-
Fase Akut ALT dan AST meningkat, kadang-kadang
sampai lebih dari 1000 IU/L
-
Fase kronis: kenaikan AST dan ALT tidak setinggi
hepatitis akut
-
Rasio AST:ALT kurang dari 1,0 -> terdapat
pada hepatitis kronis: dan rasio ini berubah menjadi lebih dari 1,0 apabila
terjadi sianosis
Pemeriksaan serologis (akut)
-
HBsAg adalah penanda serologis pertama yang
muncul setelah infeksi
-
HBsAg
muncul kurang lebih 4 minggu sebelum gejala klinis tampak
-
Infeksi akut pada dewasa dapat mengalami
penyembuhan ditandai oleh serokonversi menjadi HBsAg diikuti dengan munculnya
anti-HBs
-
Waktu menghilangnya HbsAg dan munculnya anti-HBS
: Windows Periode
-
HBeAg muncul hampir bersamaan dan menurun secara
parallel HBsAg
-
HBeAg menunjukkan adanya replikasi virus dan
kemampuan penularan yang tinggi
-
DNA HBV muncul bersamaan dengan HBsAg emningkat
sampai kadar tertinggi saat onset gejala klinis dan kemusian menurun aktivitas
penyakit ‘viral load’, dan respons terhadap terapi
-
Anti-HBc terdeteksi 3-5 minggu setelah munculnya HBsAg
-
Anti-HBc tidak timbul setelah vaksinasi ->
dapat digunakan untuk membedakan apakh imunitas terbentuk sebagai hasil infeksi
ilmiah atau akibat vaksinasi.
-
Anti HBe muncul setelah HBeAg tidak terdeteksi
dan akan menetap 1-2 tahun
Perjalanan Klinis Hepatitis B
Pemeriksaan serologis (kronis)
-
Bayi yang terinfeksi HBV dari ibu tidak
menunjukkan abnormalitas serologis sampai 1-3 bulan
-
Infeksi HBV kronis ditandai oleh menetapnya
penanda infeksi HBV setidaknya 6 bulan
-
HBsAg tetap positif dan HBeAg bisa positif
maupun negative
Tata Laksana Hepatitis B akut
-
Bersifat suportif
-
Tidak ada terapi spesifik
-
Pada dewasa : biasanya sembuh sempurna
-
Lamivudine diberikan bila terjadi hepatitis fulminan
akibat aksaserbasi hepatitis kronis
Tata Laksana Hepatitis B kronis
-
Dianjurkan pemeriksaan berkala tiap tahun untuk
terdeteksi:
o
Serokonversi : HBsAg, DNA BHV
o
Progesivitas kelainan hati
o
Karsinoma hepatoseluler : dengan menggunakan
USG, pemeriksaan kadar alpha-fetoprotein
o
Perlunya pemberian terapi antiviral
-
Tata laksana Hepatitis B Kronis
-
Tujuan :
o
Penghentian atau penurunan replikasi virus
o
Penurunan kadar aminotransferase sampai dengan
normal
o
Menghindari abnormalitas histopatologis jaringan
hati
o
Mencegah terjadinya sirosis dan karsinoma
hepatoseluler
Indikasi Terapi Farmakologis
Interferon
-
Meningkatkan respons imun dengan cara stimulasi
proliferasi limfosit
-
Meningkat ekspresi Major Histocompatibility
complex antigen.
-
Meningkatkan aktivitas natural killer cell
-
Memiliki efek antiviral dan antiproliferative
-
Efikasi : berkisar antara 20%-40%
-
Pasien dengan kadar aminotransferase >2x
batas atas, memiliki kadar DNA HBV rendah, dan HBeAg+ menunjukkan respons yang
lebih baik terhadap terapi
-
Meta-analisispemberian INF pada dewasa
menunjukkan bahwa 36% dari 498 pasien menjadi DNA HBV dan 32% menjadi HBeAg.
Hal ini lebih baik dibandingkan pada control, dimana hanya 16% yang menjadi DNA
HBV dna 12% HbeAg (Level of Evidence / Lof la)
Lamivudin
-
Merupakan suatu nucleoside analogues yang
mencegah replikasi HBV pada hepatosit
-
Keberhasilan tinggi pada DNA HBV preterapi yang
rendah dan adanya bukti inflamasi hati yang ditandai oleh peningkatan enzim aminotransferase.
-
Pada penelitian uji acak terkendali pada 286
anak dengan hepatitis B kronis, terapi dengan lamivudine selama 52 minggu dapat
menyebabkan serokonversi menjadi HBeAg+ atau DNA HBV- pada 23% kelompok uji di
bandingkan hanya 13 % pada control pemberian lamivudine juga berhubungan dengan
penurunan kadar ALT
Imunoprofilaksis Aktif
-
Vaksin Hepatitis B rekombinan DNA
-
90-100% individu yang mendapat suatu rangkaian
vaksinasi dasar, akan memiliki anti-HBs yang protektif (.10 Miu/Ml) DAN
TERLINDUNGI DARI INFEKSI
-
Respons imun bayi premature yang diberi 3 dosis
vaksin hepatitis B lebih rendah dibandingkan bayi cukup bulan -> pada ibu
HBsAg : AAP merekomendasikan untuk menunda pemberianvaksinasi hepatitis B
sampai bayi berusia 2 bulan atau mencapai berat badan 2 kg
-
Vaksin hepatitis B juga efektif pada pencegahan
penularan masa perinaltal dari ibu ke bayi
-
[Pemberian vaksin hepatitis B dan hepatitis B
immune globulin (HBG) dalam waktu 12-24 jam setelah lahir, diikuti dengan dosis
vaksin selanjutnya sesuai jadwal 89-98 % efektif dalam mencegah infeksu HBV
akut dan kronik pada bayi yang lahir dari ibu HBsAg+ dan HBeAg+
Imunoprofilaksis Pasif
-
HBIG efektif dalam mencegah penularan apabila
diberikan sesegara mungkin setelah paran dan dapat bertahan selama 3-6 bulan
-
Efeknya dipertanyakan apabila diberikan >7
hari
-
Indikasi pemberian HBIG adalah :
o
Kontak perinatal pada bati dengan ibu HBsAg+
o
Kontak seksual dengan individu HB sAg+
o
Kontak perkuliah atau mukosa dengan produk darah
atau cairan tubuh yang HBsAg+
o
Kontak dalam rumah tangga
Hepatitis C
HCV :
-
Merupakan virus RNA dari famili Flavivirus
berukuran diameter 55 nm
-
Kerusakan hepatosit akibat reaksi imunologis
Epidemiologi
-
Sebanyak 3% populasi dunia terinfeksi HCV
-
Penularan lewar darah
-
Faktor resiko : transfuse berulang, pengguna
obat terlarang, hemodialisis, transplantasi organ, dan penularan vertikan daei
ibu ke bayi
-
Sekresi cairan tubuhn seperti semen, saliva,
cairan vagina, jarang mengandung HCV
Gejala Klinis
-
Hepatitis akut :
o
Asimtomatik pada anak
o
Tidak bisa dibedakan dengan hepatitis virus lain
o
Heptitis kronis :
§
Gejala tidak nyata
§
Konsekuensi : inflamasi kronis, sirosis, dan
karsinoma hepatoseluler
o
Pemrikasaan Lboratorium
§
Digaosis
dengan pemeriksaan anti-HCV dan RNA HCV
§
Hepatitis C kronis bila RNA HCV menetap selama 6
bulan atau lebih
o
Tata Laksana
o
– Indikasi terapi : Peristensi RNAHCV selama 6
bulan
o
Terapi mengguanakan kombinasi antas Peg-INF (INF
kerja jangka Panjang yang diberikan tiap minggu) dengan Ribavirin oral selama 6
bulan.
o
Vaksin belum tersedia
Hepatitis D (HDV)
-
Merupakan virus RNA berukan 35 nm yang tergantung
pada HBV
-
Kerusakan hepatosit akibat efek sitopatik
langsung
-
Kelangsungan hidup tergantung pada HBV. Ada 2
bentuk infeksi :
o
Koinfeksi dengan HBV infeksi terjadi bersamaan
o
Superinfeksi dengan HBV infeksi HDV menumpang
infeksi HBV kronis.
-
Gejala klinis :
o
Memperberat perjalanan klinis hepatitis B
o
Kematian lebih tingg dari hepatitis B (2-20%)
o
Kebanyakan (70-80%) akan mengalaami sirosis dan
hipertensi portal
-
Pemeriksaan Lab : Konfeksi dan Superinfeksi
Tata Laksana :
Sedikit
data pada anak
Dewasa : INF-a 5 MU/m’2 diberikan 3x/minggu selama 4 bulan
lanjut dengan 3 MU/m’2 untuk 8 bulan
Comments
Post a Comment