Skip to main content

CoCoLan: Farmakologi Farmakodinamik Obat

Assalamualaikum Wr Wb

Sebelumnya saya berterima kasih kepada dosen saya yang telah mengajarkan saya, selaku mahasiswa beliau, tentang farmakologi. Catatan ini adalah catatan kuliah saya dengan beliau.  Mohon maaf bila masih banyak ilmu yang kurang dan kata-kata yang salah.  Terima kasih.



Setelah obat diabsorbsi, akan masuk ke pembuluh darah -> metabolisme -> ekskresi. Saat masuk pembuluh darah , obat didistribusikan ke seluruh tubuh dan memberi efek





Obat bekerja harus bebas, tidak berikatan dengan sesuatu. Sehingga akan berikatan dengan reseptor keculai disinfektan dan sianida. reseptor harus bersifat spesifik. obat saat masuk ke darah berikatan dengan protein, sebag. besar adalah albumin, sebag. kecil = glikoprotein. kemudian akan dideposit di lemak atau diekskresikan. 

Farmakodinamik = cara kerja obat, efek obat  terhadap fungsi berbagai organ, dan pengaruh obat terhadap reaksi biokimia dan struktur organ.

awal mula reseptor dikemukakakn oleh ilmuwan bernama Langley, saat mengamati pemberian curare pada otot rangka, yang dapat mem-block nikotin -> obat bersifat spesifik karena memiliki struktur tertentu.





Reseptor = suatu makromolukel yang mempunyai struktur aktifitas yang khusus. 

Reseptor terdapat protein, glikoprotein, dan proteolipid


untuk berikatan dengan reseptor, dia mempunya aktifitas sebagai ionik, kovalen (ikatannya kuat), hidrogen, interaksi hidrophobic, dan van der waals (ikatan terlemah)

Gambar Atas. gambar reseptor dimana atom-atom sekutarnya berinteraksi. semakin cocok reseptornya dengan obat efeknya akan semakin spesifik.

Gambaran Atas. hubungn struktur dengan aktifitasnya, dimana gugus H3C digandi dengan H2N yang merubah spesifitas. Begitu juga dengan penambahan gugus seperti di methatoline yang mengubah aktifitas struktur

Gambar Atas. Polar = air tak nembus, paling dekat dengan air. sel kita itu lipid bilayer, selubung bersifat non-polar agar sel tersebut tak terganggu dengan matriks ekstraseluler dan intraselulernya. di sel tersebut banyak kanal-kanal ion.

Gambar Atas. gambar molekuler dimana ada bagian bersifat polar dan non polar. Polar = choline, phosphate, bisphole. sedangkan non-polar = fatty acids
suatu gambaran bahwa hubungan antara obat-reseptor digembok dengan anak kunci. semakin mirip, makin bisa dibuka = semakin mirip, efeknya semakin selektif. co : epinephrin - reseptor alpha dan beta -> efeknya jantung berdebar-debar dan tekanan darah naik. 

Di dalam sel, banyak reseptor contoh bila obat berikatan dengan 1/4 reseptor tubuh maka efeknya adalah 1/4 nya. Obat memiliki maksimal efek, jadi walaupun reseptor dan obat berikatan penuh, akan menimbulkan efek samping bila pemakaian berlebihan.


Karakteristik interaksi obat (resptor, ujian keluar kata drnya) , yang  penting adalah ikatannya --> kimiawi, kompetitif, spesifik & selektif (hubungan struktur aktifitas), aktifitas-struktur, mekanisme tranduksi ( mekanisme mengimplifikasi)

keluar ujian  ini :)
Semakin tinggi affinitasnya semakin besar obat berikatan dengan reseptor. semakin tinggi efikasi, semakin besar efeknya,

Agonis : suatu ligan yang mirip dengan reseptornya dan ada efek
Antagonis : uatu ligan yang mirip dengan reseptornya tanpa efek


gambar atas efek penuh

gambar atas tanpa efek


gambar atas 1/2 efeknya



Affinitas berikatan dengan konstanta disosiasai

Hubungan disosiasi dan efek, dimana bersifat sigmoid, tapi antara 20 dan 80 % bersifat linear, dibawah 20 susah diprediksi. Obat bagus diberi pada 20-80% dengan cara mengukur kadar obat dan aktifitasnya






Gambar atas adalah bagaimana melihat suatu efek dari dosis, efektif dosis = dosis yang menyebabkan 50% respon (reseptor dan obat berikatan). Lihat kejunhan jadar obat dalam darah, dari situ kita bisa menghitung efek dosis obat berapa, biasanya fase satu sudah dilewati. Permasalahannya adalah apakah dalam uji klinis obat bekerja atau tidak. Uji klinis ada dua fase, di fase satu yang dipakai adalah orang sehat, karena kita belum tau dosis berapa yang bisa ditolerir karena subjek penelitian dieksploitasi sangat besar. sangat riskan karena harus melihat bagaimana obat dapat bereaksi tanpa efek dan kita tidak tahu batas aman manusia berapa. walaupun sudah di uji dengan hewan, hasilnya akan berbeda.

Affinitas berhubungan dengan interaksi obat-resptor, semakin banyak pD2, semakin besar affinitas -> semakin sensitif obat tersebut berikatan dengan reseptornya. Efikasi berhubungan dengan efektivitas (efek maksimum obat)

Jika kita melihat ada obat A, obat B, dan obat C. efikasi yang paling bagus adalah yang grafiknya lebih tinggi -> obat A. dari gambar, Efikasi berhubungan dengan potensi. Obat A dosis kecil sudah ada efek, sedangkan B memerlukan dosis yang lebih besar






Bila kita melakukkan penelitian obar baru -> lethal dose = dosis yang menimbulkan kematian hewan uji. Hubungan LD 50 dan ED 50 adalah untuk menentukan tingkat keamanan obat. semakin besar ED 50 = semakin aman. semakin besar LD 50 = semakin lethal

4 tipe reseptor di tubuh : ionik, g-protein, enzym, intraseluler. semakin ke bawah semakin lambat dalam menimbulkan efek karena saraf butuh impuls yang cepat. Bila saraf kita intraselluler maka apa yang kita lakukan butuh waktu seperti siput. Suatu obat memiliki efek bila impulsnya masuk ke dalam sel, maka butuh reseptor spesifik supaya ada komunikasi.intraselluler -> resptornya di DNA. 


KIRI ATAS : reseptor ionik, KIRI BAWAH : G-protein, KANAN ATAS : Reseptor sebagai enzim. KANAN BAWAH : Intraselluler -> harus berikatan dengan DNA. 


Kanal ion : milliseconds dll, Kanal g-resptor -> second messenger 




suatu obat yang agonis dikit dapat efek yang kuat bila amplifikasinya banyak. Jadi hanya butuh konsenterasi dikit co : obat hormonal yang hnya membutuhkan nanoliter


kanal ion co : berada di sistem saraf


Berikaan dengan reseptor langsung buka-tutup

G-protein untuk aktivasi.  Aktivasi g-protein akan memicu aktivasi molekul lainnya. AA = aktifkan prostaglandin


Paling sering : S,I,Q

S = stimulasi kalsium
I = Inhibisi siklase dan aktivasi kalium -> fasolidator
Q = aktivasi fosfolifase C


Salah satu kaskade dimana epinefrin berikatan dengan alpha II -> Gi.
Epinephrine juga berikatan dengan reseptor beta -> aktivasi Gs -> menyebabkan protein. Protein kinase A = vasodilatasi. Protein kinase C = vasokontriksi

Suatu agonis akan mengaktivasi protein-G




stage 3 -> aktivasi siklase dll
contoh target dari G-protein. Bila reseptornya mempengaruhi siklase -> cGMP terpengaruh. 



Reseptor sebagai enzim. (CARA HAFAL : Selalu ada -ase) co nya dihafalkan 

Harus berpasangan agar bisa teraktivasi





Jika suatu agonis berikatan dengan reseptor, akan terjadi perubahan formasi resptor. co : dari sabit jadi kotak. bisa lama dariion karena harus mengubah bentuknya terlebih dahulu. lalu harus berpasangan -> fosfolidasi (adanya energi tinggi yang dapat menrik protein lain)

Aktivasi dari Jak-> protein lainnya tertarik karena adanya perubahan cascade untuk memproduksi enzim yang lain

Co : lipidoksit mengaktifkan vasodilatasi PD. dimana difusi NO akan menyebabkan aktifasi siklase -> dimerisasi. 

Reseptor intraselluler bisa langsung menembus sel tidak seperti 3 lainnya. karena non-polar dan molekulnya kecil. Obat selain intrselluler bisa menembus dengan reseptor di permukaan sel, sedamgkan intra bisa langsung menembus dan berikatan dengan reseptor di intrasel maka dapat mengubah bentuk protein.  


co : resepyot intaselluler -> masuk ke darah langsung ke sitosol -> berikatan dengan Hsp-90 akan mempermudah masuk ke dalam inti dari sel (Ada resptor untuk glikoid) ->  berikatan dengan GRE (Ciptakan protein anti-inflamasi) -> 
co : Asthma -> penangan pertama bronkodilator 
di otot rangka ada beta-2 -> gemetaran, antara dosis terlalu besar/orang sensitif

setelah transkripsi -> mRNA (harus tidak rusak, lalu bila dia rusak otomatis produksinya akan berbeda)




























Comments

Popular posts from this blog

CoCoLan : Histologi Kulit

  Kulit Kulit memiliki nama lain = Integumen (Integere =  menyelubungi) ; latin. Kulit merupakan organ terbesar sekitar ±15 % dari  tubuh Fungsi Kulit: Menghalangi serangan  mikroorganisme Mengatur suhu tubuh Menerima rangsang Membuat vitamin D (dengan bantuan UV) Mendiagnosa penyakit Kulit berasal dari  : Ektodermal yang berkembang menjadi epidermis  Mesodermal lalu dermis Pembagian kulit  ada 2, yaitu Kulit tebal (tak ada folikel rambut) & Kulit tipis (ada folikel rambut). GAMBAR. Skematik Kulit Tipis Kulit Tebal Kulit ini memiliki Epidermis tebal dan Tidak berambut. Berlokasi pada telapak tangan dan  kaki. Ciri khasnya adalah terdapat finger mark (sidik jari/kerutan-kerutan jari). Kulit tebal dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : Epidermis = lapisan basal sampai keratin Dermis = setelah basal ke bawah/profundus. Hypodermis = kelenjar lemak GAMBAR. Histologi Kulit Tebal. SC = Stratum Corneum, SG = Stratum Granulosum, SS= Stratum Spinosum, ER = Epidermis, D = Dermis.  Kulit Tipis memil

AHA : Praktikum Ekstremitas posterior dan anterior

  6 Semitendinosus muscle 17 Biceps femoris muscle 21 Sartorius muscle 22 Semimembranosus muscle 23 Tendon of gracilis muscle 24 Tibial nerve 25 Medial head of gastrocnemius muscle 26 Common fibular nerve 27 Tendon of biceps femoris muscle 28 Lateral head of gastrocnemius muscle 1 Gluteus maximus muscle (divided) 2 Position of coccyx 3 Piriformis muscle 4 Superior gemellus muscle 5 Obturator internus muscle 6 Inferior gemellus muscle 7 Ischial tuberosity 8 Quadratus femoris muscle 12 Gluteus medius muscle 13 Adductor minimus muscle 14 Adductor magnus muscle 15 Long head of biceps femoris muscle 16 Iliotibial tract 1 Semitendinosus muscle 2 Semimembranosus muscle 3 Sartorius muscle 4 Tendon of gracilis muscle 5 Medial head of gastrocnemius muscle 11 Biceps femoris muscle 12 Plantaris muscle 13 Common fibular nerve 14 Lateral head of gastrocnemius muscle 15 Soleus muscle 18 Popliteal fossa 20 Popliteus muscle 21 Tendinous arch of soleus muscle 1 Anterior superior iliac spine 2 Inguinal l

CoCoLan : Histologi Mata dan Telinga

  GAMBAR. Mata dari depan. Bisa dilihat ada 2 konjungtiva, konjungtiva posterior (berkelok-kelok & bercabang-cabang) dan konjungtiva siliaris (lurus). di ujung medial dekat hidung terdapat cactus medial dan di ujung lateral dekat telinga terdapat cactus lateral. Di mata juga terdapat saluran bernama punctus lateral. Anatomi mata  GAMBAR. Lensa di tengah karena ada zonulasi zeen. Ada sklera dan corpus silliaris (menggantung ligamentum). Kelopak Mata Terdiri dari : jaringan ikat, otot, kulit dan membran mukosa. Konjungtiva juga merupakan bentuk dari mukosa. GAMBAR. Pars cutanea memiliki rambut yang menutupi otot orticularis. Terdapat kelenjar membran antara lempeng tarsus. Bisa dilihat disini terdapat pars silliaris = tempat berbaris rapi sillia. Juga terdapat muara ductus yang menuju margo palpebra. Konjungtiva terdiri dari:  epitel  berlapis pipih tak bertanduk  sel Goblet  Stroma  dengan topografi:  Bulbi  Fornix  Palpebra  di mana konjungtiva palpebra melekat di palpebra pas muko